Di bulan Ramadhan, kita diwajibkan
untuk berpuasa dan disunnahkan untuk melaksanakan shalat Tarawih. Dalam ilmu
fiqh, hukum shalat Tarawih adalah sunnah muakkadah. Rasulullah SAW
bersabda,
فَرَضَ
اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَ وَ سَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ
“Allah
mewajibkan bagi kalian puasa dan aku sunnahkan untuk kalian shalat malamnya” (HR. Ibnu Majah no.1318)
Banyak sekali yang mempermasalahkan rakaat
Shalat Tarawih. Ada yang 11, 13, 23, dll. Syaikh Dr. Shalih Fauzan Al-Fauzan
yang dimana beliau adalah anggota Lajnah Daimah, berfatwa dalam masalah ini.
Jumlah Rakaat shalat Tarawih tidak ada batasannya. Rasulullah SAW
senantiasa shalat malam 11 atau 13 rakaat. Beliau memanjangkan berdiri, ruku’
dan sujud dalam shalatnya maka beliau menyedikitkan rakaatnya. Adapun pada
zaman Umar bin Khattab, karena jama’ah kaum muslimin bertambah banyak maka Umar
memperbanyak rakaatnya dan meringankan shalatnya.
Adapun perbuatan menyalahkan rakaat shalat Tarawih adalah suatu
kesalahan. Karena Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَه مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang shalat pada Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala, maka
diampuni dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari no.38 dan Muslim no. 760)
Jadi, yang dipermasalahkan bukan jumlah rakaatnya, tapi keimanan dan
mengharap pahalanya yang menjadi tolak ukur Shalat Tarawih. Hal ini menunjukkan
luasnya perkara shalat Tarawih. Dan jika me- ringankan shalat dan shalat
berjamaah maka hendaknya mengurangi rakaatnya. Sedangkan jika me- manjangkan
shalat, maka menyedikitkan rakaatnya.
Semoga Allah mengampuni dosa kita
semua dan memberikan kesempatan sehingga
kita dapat melaksanakan puasa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar